sumber: google |
[full-width]
Terkadang terjebak dalam rasa tergesa-gesa dapat menjadi boomerang yang berujung kesalahan. Sebagai manusia rasanya belajar dari sebuah kesalahan menjadi pembelajaran yang tidak pernah berhenti, jika berhenti maka dipastikan sudah tidak bernyawa. “Long Life Learner” ucap seseorang kepada saya.
Kesalahan dalam mengambil keputusan menjadi sebuah kunci untuk seseorang dalam memperbaiki keputusan berikutnya. Pengambilan keputusan dan zona waktu seseorang sering kali menjadi bahasan yang menarik. Mengambil keputusan juga identik dengan diri seseorang. Seorang guru pernah berkata kepada saya. “Hey nak, wajar jika kamu salah mengambil keputusan, terlebih lagi itu keputusan kamu. Jangan pernah membandingkan dirimu dengan orang lain. Tidak ada habisnya jika kau membandingkan ini itu. Perhatikan dirimu nak, apa yang sudah kamu capai selama ini, coba lihatlah kebelakang. Sejauh mana kamu telah berjalan menjadi manusia yang berproses?”. Ketika teringat nasihat tersebut, kembali lagi saya bersyukur apa yang telah saya lalui.
Apa yang harusnya kita lakukan adalah bagaimana diri kita belajar dari ilmu kehidupan. Manusia dihadapkan dengan banyak lika-liku permasalahan, permasalahan seseorang tidak dapat kita samakan. Ketika kita mendapati suatu permasalahan, kita dituntut untuk memiliki kerangka berpikir, jika saya maka “Bagaimana kita menyelesaikan suatu masalah dengan rasa dan komitmen yang memiliki tujuan akhir sebagai solusi”.
Mendengar seseorang berkeluh kesah dengan banyak masalah, bagi saya merupakan sebuah anugerah. Dari cerita tersebut mengajarkan kita arti bersyukur dan belajar dari masalah orang lain. Terlebih kita sebagai manusia telah dipercaya untuk mendengarkan sebuah simfoni kehidupan yang beragam. Inilah tentang rasa, komitmen, dan tujuan? Ini cerita saya, bagaimana ceritamu?